Minggu, 18 Desember 2011


Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk multi-dimensi yang berarti terdapat beberapa dimensi dalam diri manusia. Istilah Homo Socius yang diungkapkan oleh Aristoteles yang artinya manusia adalah makhluk sosial menunjukan bahwa manusia memiliki dimensi sosial dalam dirinya. Akan tetapi dalam diri manusia tidak hanya terdapat dimensi sosial saja, terdapat tiga dimensi lagi selain dimensi sosial yang membentuk diri manusia, yaitu dimensi fisik, mental dan spiritual.
Dimensi fisik dalam diri manusia tidak perlu diragukan lagi, manusia memiliki wujud yang nyata, dapat dilihat dan disentuh secara fisik. Dimensi sosial pada manusia seperti yang telah dikatakan oleh Aristoteles, manusia membutuhkan orang lain, kita dapat melihat pada kenyataan bahwa dimanapun manusia berada maka disitulah terdapat sebuah komunitas, manusia tidak bisa hidup seorang diri seumur hidupnya.
Dimensi mental pada manusia bisa kita lihat pada kebiasaan manusia yang tidak pernah berhenti belajar, belajar disini bukan dalam arti yang sempit seperti pelajaran sekolah ataupun kuliah, akan tetapi dalam arti yang lebih luas yaitu manusia berkembang dengan belajar dari pengalaman hidup dirinya sendiri maupun orang lain, belajar dari kesalahan hidup, bahkan main game pun dapat dikatakan belajar karena manusia tersebut mendapatkan pengalaman baru dan memperoleh kompentensi yang baru.
Dimensi yang terakhir yaitu dimensi spiritual, makna atau arti spiritual disini tidak terbatas hanya pada keagamaan. Kalau kita lihat dari asal katanya, spiritual berasal dari bahasa Latin Spiritus, yang berarti nafas atau roh. Jadi spiritual berarti yang ada hubungannya dengan kerohanian atau kejiwaan. Sebagai manusia, kita tidak dapat melihat ataupun menyentuh roh atau jiwa kita, jelas karena bukan merupakan dimensi fisik. Akan tetapi kita tahu dan dapat merasakan keberadaannya, yaitu hati nurani, yang selama ini dipercaya sebagai suara Tuhan, roh kudus atau ada juga yang mempercayainya sebagai sumber kebenaran sejati.
Masing-masing dari ke-empat dimensi manusia diatas baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan kita, oleh karena itu kita harus senantiasa menjaga serta mengembangkan ke-empat dimensi tersebut. Sebagai contoh, kelalaian menjaga dimensi fisik seperti tidak berolahraga secara rutin dan pola makan yang tidak teratur dapat membuat kita terkena penyakit. kelalaian dalam dimensi mental, seperti tidak pernah melatih otak kita untuk terus aktif dan berpikir akan memperlemah memori atau daya ingat kita. Begitu juga dengan dimensi sosial dan spiritual yang secara tidak langsung memberikan pengaruh buruk pada kesehatan.
Oleh karena itu, kita harus rajin melatih dan mengembangkan, serta menyeimbangkan antara ke-empat dimensi tersebut. Terlalu fokus pada salah satu dimensi juga akan berdampak kurang baik bagi kesehatan dimensi yang lain. Lalu bagaimana cara melatih, mengembangkan serta menyeimbangkan ke-empat dimensi tersebut? Masing-masing dimensi memiliki bagian penting yang perlu kita perhatikan, yaitu nutrisi, latihan, istirahat serta pantangan.
Nutrisi merupakan bahan kebutuhan dasar dan wajib bagi semua dimensi. Latihan juga merupakan kebutuhan yang sangat penting, meskipun mempunyai cukup nutrisi akan tetapi kekurangan latihan, juga tidak akan membuat dimensi-dimensi tersebut bertumbuh dan berkembang dengan baik. Istirahat juga tidak kalah pentingnya, terlalu banyak latihan tetapi kurang istirahat juga tidak dapat membuat dimensi kita bertumbuh dengan baik. Yang terakhir adalah pantangan yang harus dihindari agar dimensi-dimensi tersebut dapat terhindar dari kerusakan.
Dimensi fisik:
Nutrisi: air, protein, vitamin, lemak, karbohidrat, serta mineral. Latihan: olahraga, makan dan minum. Istirahat: relaksasi. Pantangan: latihan yang terlalu berlebihan, makan secara berlebihan, alkohol, rokok serta racun.
Dimensi sosial:
Nutrisi: kasih sayang, perhatian, rasa percaya, ketulusan, dsb. Latihan: komunikasi (mendengarkan, bercerita, dsb), kontak fisik (pelukan, sentuhan, dsb). Istirahat: menyendiri atau keheningan. Pantangan: gosip, hawa nafsu, cemburu, pengkhiatanan, melanggar janji, dsb.
Dimensi mental:
Nutrisi: pengetahuan, informasi, ide, dsb. Latihan: berpikir, belajar, bertukar-pikiran, meng-analisa. Istirahat: tidur. Pantangan: pikiran negatif dan malas.
Dimensi spiritual:
Nutrisi: doa, kebijaksanaan, sabda Tuhan. Latihan: berdoa, memaafkan, mempraktekan ritual, berharap, tertawa. Istirahat: bermeditasi. Pantangan: balas dendam, kebencian, dosa, ateis (tidak percaya kepada Tuhan).
Marilah kita senantiasa menjaga, memelihara, mengembangkan serta menyeimbangkan ke-empat dimensi yang ada pada diri kita sehingga kita benar-benar menjadi manusia yang sesungguhnya, menghargai apa yang telah Tuhan percayakan kepada kita yaitu ke-empat dimensi kita.
Akhir kata, luceat lux vestra! (semoga terang dalam diri kita selalu bersinar!)

Minggu, 06 November 2011

Sistem pelapisan social menimbulkan beberapa dampak positif & negatif, jelaskan aspek2 positif dan negatif tersebut? Dampak aspek2 positif dan negatif dalam pelapisan social?


DAMPAK DALAM PELAPISAN SOSIAL
Pelapisan sosial(social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Sistem plapisan sosial yang terjadi dalam masyarakat sangatlah mungkin terjadi, karena adanya tingkatan kesenjangan-kesenjangan yang didasari dari beberapa hal misalnya dari segi Ekonomi, ini akan menimbulkan stratifikasi sosial yang sangat mencolok. Masyarakat dan lingkungan sosialnya menjadi element yang tak dapat terpisahkan sehingga akan menimbulkan efek-efek tertentu sesuai dengan pola fikir dan lingkungan masyarakt sosial itu sendiri.
Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Beberapa aspek yang akan timbul akan menimbulkan kesenjangan sosial dan diskriminasi, aspek negative ini bisa saja terjadi pada daerah-daerah pedesaan, pasalnya pedesaan yang umumnya petani akan senantiasa lebih dikuasai oleh tengkulak-tengkulak yang memainkan harga pasar yang cenderung seringkali merugikan para petani, contohnya para petani daun bakau untuk pembuatan rokok, harga bakau harus ditentukan oleh tengkulak yang sudah bekerja sama dengan produsen rokok yang telah memilik nama. Tingkatan ekonomi lah yang membuat stratifikasi sosial ini muncul, belum lagi karena jabatan dan tingkat pendidikan.
Aspek lain dari pelapisan sosial ini bisa saja menjadi hal yang menguntugkan bagi sebagian orang, aspek positif ini dapat kita jumpai di berbagai tempat contohnya jika kita seorang pejabat pemerintah kita mungkin akan sedikit lebih mudah dalam urusan birokrasi, karena adanya bantuan orang dalam yang memiliki jabatan. Plapisan sosial di pedesaan mungkin akan menimbulkan hal baik bagi para pencari modal apabila seseorang yang memilik tingkat ekonomi menengah ke atas berpendidikan tinggi juga mempunyai jabatan dapat bekerja sama dengan masyarakat ke bawah untuk saling membantu dengan mendirikan koperasi kecil-kecilan dengan modal yang sudah di danai oleh orang yang mempunyai pengaruh kuat di daerah itu.
Plapisan sosial pastilah terjadi dimanapun kita berada, namun tergantung dari bagaimana kita menyikapi dan menjaganya agar tidak adanya  kecemburuan, kesenjangan, dan diskriminasi sosial pada masyarakat dalam tingkatan apapun, entah menengah ke atas atau ke bawah, semua manusia dengan derajat yang sama, yang membedakan tinggi rendah hanyalah akhlak yang mulia. Jika kita beruntung menjadi seorang yang tinggi di mata sosial, maka jangan menyalahgunakan kedudukan tinggi tersebut, dan jika kita berada dalam tingkatan rendah, maka berusahalah agar hidup kita menjadi bermakna bagi orang lain meski kita hanya orang biasa yang selalu tertindas.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial

Bab V Bagaimana Status kewarganegaraan anak yang lahir (di Indonesia) dari perkawinan campur


MENURUT  UNDANG-UNDANG  REPUBLIK  INDONESIA  NOMOR 12 TAHUN  2006 TENTANG  KEWARGANEGARAAN  REPUBLIK  INDONESIA :

Pasal 4
Warga Negara Indonesia adalah:
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang
ayah Warga Negara Indonesia dan ibu warga negara asing;
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang
ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia;
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang
ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah
Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan
itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan
belas) tahun atau belum kawin;
l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik
Indonesia dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada
anak yang bersangkutan;


Pasal 5
(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar
perkawinan yang sah, belum berusia 18 (delapan belas)
tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya
yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai
Warga Negara Indonesia.

Pasal 6
(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia
terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf c, huruf d, huruf h, huruf l, dan Pasal 5 berakibat
anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18
(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut
harus menyatakan memilih salah satu
kewarganegaraannya.
(2) Pe rnyataan untuk memilih kewarganegaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara
tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan
melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam
peraturan perundang-undangan.
(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan dalam
waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia
18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin

Bab IV Contoh Kasus tentang peran pemuda dalam masyarakat, kemudian analisa kasul tersebut


PERAN PEMUDA DALAM BERSOSIALISASI BERMASYARAKAT
PEMUDA merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan kader keluarga. Pemuda selalu diidentikan dengan perubahan, betapa tidak peran pemuda dalam membangun bangsa ini, peran pemuda dalam menegakkan keadilan, peran pemuda yang menolak kekeuasaan.
Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu yang selalu berjuang dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi taruhannya. Indonesia merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Bung Tomo dan lain-lain dengan penuh mengorbankan dirinya untuk bangsa dan Negara.
Dalam sebuah pidatonya, Sukarno pernah mengorbakan semangat juang Pemuda apa kata Sukarno “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”. Begitu besar peranan pemuda di mata Sukarno, jika ada sembilan pemuda lagi maka Indonesia menjadi negara Super Power.
Satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa merupakan sumpah pemuda yang di ikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Begitu kompaknya pemuda Indonesia pada waktu itu, dan apakah semangat pemuda sekarang sudah mulai redup, seolah dalam kacamata negara dan masyarakat seolah-olah atau kesannya pemuda sekarang malu untuk mewarisi semangat nasionalisime. Hal tersebut di pengaruhi oleh Globalisasi yang penuh dengan tren.
Sukarno, Hatta, Syahrir seandainya mereka masih hidup pasti mereka menangis melihat semangat nasionalisme pemuda Indonesia sekarang yang selalu mementingkan kesenangan dan selalu mementikan diri sendiri.
Sekarang Pemuda lebih banyak melakukan peranan sebagai kelompok politik dan sedikit sekali yang melakukan peranan sebagai kelompok sosial, sehingga kemandirian pemuda sangat sulit berkembang dalam mengisi pembangunan ini.
Peranan pemuda dalam sosialisi bermasyrakat sungguh menurun dratis, dulu bisanya setiap ada kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, acara-acara keagamaan, adat istiadat biasanya yang berperan aktif dalam menyukseskan acara tersebut adalah pemuda sekitar. Pemuda sekarang lebih suka dengan kesenangan, selalu bermain-main dan bahkan ketua RT/RW nya saja dia tidak tahu.
Kini pemuda pemudi kita lebih suka peranan di dunia maya ketimbang dunia nyata. Lebih suka nge Facebook, lebih suka aktif di mailing list, lebih suka di forum ketimbang duduk mufakat untuk kemajuan RT, RW, Kecamatan, Provinsi bahkan di tingkat lebih tinggi adalah Negara.
Selaku Pemuda kita dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, sosialisasi dengan warga sekitar. Kehadiran pemuda sangat dinantikan untuk menyokong perubahan dan pembaharuan bagi masyarakat dan negara. Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda pemuda kearah masyarakat madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan anak-anak.
Dengan penuh harapan moga pemuda-pemudi dan generasi penerus harapan bangsa dapat menjelma menjadi sukarno-sukarno masa depan dengan samangat juang yang tinggi. Sebagai motor perjuangan bangsa.